Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Ajian Pancasona / Rawa Rontek

Rawe Rontek dalam arti bahasa ialah kepala putus. Ajian ini dimaksudkan agar mereka yang menguasai ajian rawe rontek tidak akan mati dengan cara dibunuh baik dengan senjata tajam, senjata api, racun,santet/sihir tetapi akan mati dengan cara sakit. Ajian rawe rontek jarang yang menguasai bahkan mantranya saja sedikit sekali yang mengetahuinya. Memang ajian rawe rontek hampir sama dengan ajian panca sona{artinya lima tempat}yaitu ajian yang memiliki unsur kekuatan lima tempat. Untuk melengkapi khasanah pengetahuan di KWA maka kali ini dibeber tentang ajian tersebut. Mantra ilmu panca sona/rawarontek: Sanghyang jagat noto Niat ingsun matek aji pancasona, Ana wiyat jroning bumi, Surya murub ing bantala, Bumi sap pitu anelehi sabuwono, Rahina ta keno wengi,urip tan kenenaning pati, Yo ingsun pangawak jagat,mati ora mati, Tlinceng gni tanpa kukus, Ceng…cleceng.. Ceng …cleceng.. Kasonggo ibu pertiwi Mustiko lananging jaya, Yo aku si pancasona, Retune nyowo sakelir. Rawa ron

Kebangkitan Hindu Jawa / Agama Budi

Gambar
Selama 1000 tahun, kerajaan2 Hindu subur di Jawa, sampai datangnya Islam di abad ke 15. Tetapi, di tahun 1970-an , bangkit kembali sebuah gerakan Hindu yg menyebar ke seluruh kepulauan Indonesia. Agama Hindu bahkan mendapat lebih banyak pengikut di saat negara sedang menghadapi berbagai krisis, terutama di Jawa, pusat politik di Indonesia. Berdasarkan riset etnografis atas lima kelompok masyarakat pada candi2 Hindu besar, tulisan ini menelaah sejarah politik dan dinamika sosial bangkitnya kembali agama Hindu di Jawa. Saya tertarik pada Jawa setelah melakukan penelitian selama 10 tahun di Bali. Kebanyakan masyarakat Bali menganggap diri mereka sebagai keturunan kaum ningrat kerajaan Hindu Jawa Majapahit yang menaklukkan Bali di abad ke 14. Jumlah orang Bali yang berziarah ke kuil2 Hindu di Jawa semakin bertambah. Malah mereka sering terlibat dalam pembangunan kuil2 dan pelaksanaan ibadah Hindu baru di Jawa. Mereka juga mendominasi perwakilan kaum Hindu di taraf nasional. Dan banyak

PAKIS DAN BAMBU

Gambar
Alkisah, tersebutlah seorang pria yang putus asa dan ingin meninggalkan segalanya. Meninggalkan pekerjaan, hubungan, dan berhenti hidup. Ia lalu pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan Tuhan Sang Maha Pencipta. “Tuhan,” katanya. “Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yang baik untuk jangan berhenti hidup dan menyerah?” Jawaban Tuhan sangat mengejutkan. “Coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat pakis dan bambu?” Ya,” jawab pria itu. “Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, Aku merawat keduanya secara sangat baik. Aku memberi keduanya cahaya. Memberikan air. Pakis tumbuh cepat di bumi. Daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apapun. Tapi Aku tidak menyerah. Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi Aku tidak menyerah. Di tahun ketiga, benih bambu belum juga memunculkan sesuatu. Tapi Aku

RAJA TRI LOKA BUANA

Gambar
Senja berganti malam dan malam sirna berganti siang, waktu berputar menutup hari dan kemudian berganti hari. Kini putra-putra Sang Hyang Tunggal telah tumbuh dewasa. Sang Hyang Antaga, Sang Hyang Ismaya, dan Sang Hyang Manikmaya, mereka sama-sama mewarisi berbagai ilmu pengetahuan dan kesaktian dari ayahnya sehingga mereka benar-benar menjadi kesatria dewa yang pilih tanding. Alkisah di istana Jonggring Salaka, Kahyangan Suralaya. Sang Hyang Tunggal yang didampingi kedua permaisurinya memanggil ketiga putranya, Sang Hyang Antaga, Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Manikmaya. Ia bermaksud ingin menyerahkan tahta Suralaya kepada salah putranya, namun sebelumnya Sang Hyang Tunggal mengisahkan perihal kelahiran mereka yang berasal dari sebutir telur hingga tercipta menjadi sosok manusia dewa. Dan yang membuat Sang Hyang Tunggal belum bisa menentukan siapa diantara putranya yang berhak mewarisi Kahyangan Suralaya, adalah karena dulu Sang Hyang Tunggal menyirami tiga bagian pecahan telur i

ASAL MUASAL DEWA - DEWA JAWA

Gambar
Suatu ketika, Sang Hyang Tunggal bersabda pada sebuah telur untuk menurunkan tiga dewa (awas !!! bukan tiga diva). Kemudian dari telur itu jadilah tiga dewa. bagian cangkang menjadi Batara Antaga, sebagai yg tertua. Bagian putih telur menjadi Batara Ismaya (yang kemudian akan turun ke bumi dan dikenal sebagai SEMAR) sebagai yg kedua. Lalu bagian kuning telur menjadi Batara Manikmaya sebagai yg termuda. Ketiganya menjadi dewa - dewa yg sangat sakti, sehingga kemudian terjadi perdebatan antara Batara Antaga dan Ismaya. Mereka ingin mencari tahu siapa yg terkuat di antara keduanya. Maka mereka sepakat untuk mengadu ilmu. Batara Antaga berubah menjadi raksasa dan mencoba melahap sebuah gunung di bumi. Tapi gunung itu tidak tertelan, justru mengakibatkan mulut Batara Antaga robek. Lalu Batara Ismaya tak ingin kalah, gunung itu dilahapnya dan berhasil tertelan seluruhnya. Sehingga akhirnya Batara ismaya diakui oleh Batara Antaga sebagai yg terkuat. Tetapi gunung yg a