Ajian Pancasona / Rawa Rontek

Rawe Rontek dalam arti bahasa ialah kepala putus. Ajian ini dimaksudkan agar mereka yang menguasai ajian rawe rontek tidak akan mati dengan cara dibunuh baik dengan senjata tajam, senjata api, racun,santet/sihir tetapi akan mati dengan cara sakit. Ajian rawe rontek jarang yang menguasai bahkan mantranya saja sedikit sekali yang mengetahuinya. Memang ajian rawe rontek hampir sama dengan ajian panca sona{artinya lima tempat}yaitu ajian yang memiliki unsur kekuatan lima tempat. Untuk melengkapi khasanah pengetahuan di KWA maka kali ini dibeber tentang ajian tersebut.

Mantra ilmu panca sona/rawarontek:
Sanghyang jagat noto
Niat ingsun matek aji pancasona,
Ana wiyat jroning bumi,
Surya murub ing bantala,
Bumi sap pitu anelehi sabuwono,
Rahina ta keno wengi,urip tan kenenaning pati,
Yo ingsun pangawak jagat,mati ora mati,
Tlinceng gni tanpa kukus,
Ceng…cleceng..
Ceng …cleceng..
Kasonggo ibu pertiwi
Mustiko lananging jaya,
Yo aku si pancasona,
Retune nyowo sakelir.

Rawa rontek adalah ilmu kesaktian yang legendaris dan populer karena dimiliki Si Pitung. Dengan menguasai ilmu ini Pitung dapat menyerap energi lawan-lawannya. Seolah-olah lawan-lawannya itu tidak melihat keberadaan Pitung. Karena itu dia digambarkan seolah-olah dapat menghilang. Menurut cerita rakyat, dengan ilmu kesaktian rawa rontek-nya itu, Pitung tidak menikah. Karena sampai hayatnya ketika ia tewas dalam menjelang usia 40 tahun Pitung masih tetap bujangan.
Konon ajian rawa rontek mirip dengan ajian pancasona, hanya saja, pemilik ajian rawa rontek lebih gampang emosi, selalu berbuat kejahatan dan anarkis. Hal tersebut tentu terjadi, karena di dalam sel-sel tubuh pemilik ilmu rawa rontek telah dipengaruhi jin jahat yang bersemayam.

Ilmu ini sangat langka. Dan jika ada yang menguasai ilmu rawa rontek, bisa dihitung dengan jari,ujar pria bersorban sembari mengatakan, untuk memperoleh ilmu ini bukan hal yang gampang. Harus melewati ritual yang berat. Untuk menguasai ajian ini, harus pula dibarengi dengan keyakinan yang penuh.

Pemilik ajian rawa rontek harus melewati tahap-tahap penyempurnaan ilmunya. Rawa rontek sendiri memiliki tingkatan-tingkatan, rendah, menengah dan tinggi.Pada tingkatan rendah, jin jahat bersemayam di aura pemiliknya, tujuannya untuk ilmu kebal, tahan pukul, bacokan dan tusukan senjata tajam. Pada tingkatan menengah, khodam mulai mendekat ke kulit pemiliknya.Biasanya tahapan ilmu kebal tingkat menengah lebih kuat dari tingkat rendah. Kulit akan jadi sekeras batu karang bila ilmu kebal tingkat menengah sudah dikuasai, dan badan bukan hanya tahan pukulan dan senjata tajam, tapi senjata api pun sudah bisa ditahan dengan kekuatan ilmu hitam tingkat menengah ini.

Sementara pada tahapan tingkat tinggi, disinilah khodam memasuki sel-sel tubuh, sehingga mampu membangkitkan energi tenaga dalam, dan mampu merekayasa percepatan regenerasi sel.Ini yg bahaya sekali. Biasanya umur orang yg memiliki ilmu hitam begini sangat panjang, karena kerusakan pada sel tubuhnya akan terus beregenerasi dengan cepat sebab kematian itu akan terjadi bila tubuh fisik tidak lagi layak bagi ruh karena rusak, makanya orang2 yg mati itu pasti ada kerusakan pada tubuhnya. Pada dasarnya jin tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh, karena ruh akan tetap kuat, kecuali manusianya yang membuka akses bagi makhluk metafisik itu.

Ajian rawa rontek merupakan ilmu langka dan memiliki kelebihan yaitu bagian tubuh yang sudah terpotong bisa tersambung kembali. Tentu siapa saja yang melihat aksi pemilik ilmu ini, akan naik kadar adrenalinnya. Dan segudang pertanyaan lahir, karena ilmu hitam ini sungguh-sungguh diluar akal manusia. Mengapa bisa menyatu kembali ? Bagaimana dengan urat dan syaraf bagian tubuh yang dipotong ?

Penangkal bagi pemilik ajian rawa rontek, yakni dengan membakar atau menyangkutkan tubuhnya di atas pohon, sehingga kakinya tidak menyentuh tanah (bumi). Kelangkaan ilmu ini juga disebabkan, karena tidak bisa diturunkan kepada orang lain. Jadi, siapa yang ingin memiliki ilmu langka ini, harus melakukan rintangan yang tidak gampang.

Ritual rawa rontek jauh berbeda dengan ritual yang dilakukan kesenian tradisional Banten, debus. Karena debus hanya atraksi dan lebih menekankan pada tusukan, tahan panas, tahan pukul dan tahan sayatan. Bukan dilakukan dengan cara membelah yang menjadikan tulang terpotong dan lepas dari kesatuan tulang itu sendiri.

Sejenis dengan rawarontek adalah Aji Pancasona yang melindungi badan dari terluka. Bila kena senjata nya akan hilang tanpa bekas, apabila terputus salah satu anggota badan nya akan tersambung kembali tanpa bekas. Boleh disebut ajian ini adalah ajian rawa rontek yang sudah di putihkan aliran nya.

Dalam cerita pewayangan, konon cuma Prabu Dasamuka saja yang memiliki ajian Pancasona. Ajian Pancasona ini teramat sakti sehingga bagi siapa saja yang memilikinya dia akan disegani dan ditakuti baik oleh kawan maupun lawan. Menurut cerita, karena teramat saktinya ajian Pancasona ini, bagi orang yang memiliki ajian ini, jasadnya tidak bisa membusuk dan ia tidak bisa dibunuh karena mempunyai nyawa rangkap. Bagian tubuh yang sudah terpisah atau terpotong akan tersambung kembali setelah menyentuh bumi. Akan tetapi jika bagian tubuh yang terpotong-potong tersebut dipisahkan dengan air atau sungai bagian tubuh yang terpisah tidak bisa bersatu kembali mati selamanya.

Syarat bagi orang yang ingin menguasai ajian Pancasona ini sangat berat yaitu:

- Puasa Senin dan Kamis selama 7 bulan di bulan Syuro
- Pusa mutih selama 21 hari
- Pati geni semalaman dan dilanjutkan dengan ngebleng selama satu malam

Selama menjalani puasa setiap selesai sholat fardhu, diharuskan membaca dan melafalkan mantranya sebanyak 40 kali. Setelah syarat-syaratnya sudah mampu dijalani dengan mulus, setiap hari diharuskan mengamalkan mantranya sehari 1 kali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kota Majapahit di Trowulan

Bahasa Jawa : Sekilas Asal-Usul Bentuk Kromo-Ngoko

Taliwangke dan Samparwangke