siwa

suatu kehancuran adalah berseminya benih penciptaan baru. Siwa, dewa penghancur yang begitu dipuja, jauh melebihi Dewa Wisnu sang pemelihara, bahkan Dewa Brahma sang pencipta. Lebih banyak candi/kuil pemujaan untuk Siwa dan para titisannya daripada untuk dua dewa lainnya dalam terminologi Trimurti Hindu ini. Pertanyaan yang muncul dibenak saya adalah mengapa bisa demikian ? Bahkan di dasar lubuk hati saya mempertanyakan apa perlunya memuja Siwa sang perusak ?

Hingga suatu saat saya menonton film Outsourced, dimana Dibalik pemeran utamanya juga mempertanyakan mengapa memuja salah satu dewi keturunan Siwa sang perusak. Jawaban atas pertanyaan ini sugguh tak saya duga, bahwa sesungguhnyalah kita membutuhkan kehancuran, kematian atau kerusakan pada suatu hal demi munculnya, lahirnya dan terbentuknya hal baru.

Bayangkan, kita harus mensyukuri suatu kehancuran, kematian dan kerusakan. Suatu bentuk pengorbanan sebagai manifestasi dari kerelaan melepaskan sesuatu, melepaskan kita dari kemelekatan, dengan hadiah lahirnya tunas baru pengganti. Dan jikalau hadiah itu tak kunjung hadir, penyikapan ini sangat membatu kita untuk memelihara optimisme menyongsong masa depan, menetapkan kesadaran atas berakhirnya suatu keadaan dan menghindarkan kita berlarut-larut dalam keterpurukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kota Majapahit di Trowulan

Bahasa Jawa : Sekilas Asal-Usul Bentuk Kromo-Ngoko

Taliwangke dan Samparwangke