Alam Semesta: Dalam Perspektif Vedanta


Sangat disayangkan teori evolusi tersebut dimanfaatkan oleh kaum evolusionist, rasisme, Marxisme sebagai propaganda paham atheis, walaupun sebenarnya Darwin telah mengakui teorinya iru masih sangat lemah, karena belum didapatkan bukti-bukti adanya spesies antara. Sampai saat ini teori tersebut masih sangat eksis terutama dikalangan anak-anak pelajar bahwa kita manusia berasal dari kera. Selain itu, teori evolusi menyatakan bahwa keberadaan manusia modern seperti kita baru muncul sekitar 700 000 tahun yang lalu. Bukti ilmiah seperti bukti arkeologis, genetik, biomolekuler dan sebagainya tidak mendukung proses evolusi tersebut. Kemudian timbul pertanyaan mendasar “Kalau bukan dari kera, lantas dari manakah manusia berasal ?”, “Siapakah manusia pertama ?”. Sebenarnya dalam Purana telah menjawab semua pertanyaan tersebut, namun bukti-bukti ilmiah belum banyak ilmuwan yang menerimanya, pembuktiannya secara ilmiah memerlukan waktu.

Dr. Made Wardhana, Candra Asri D. 19, Denpasar Sisya Brahma-Vaisnava Sampradaya

Seorang naturalis dari Inggris, Charles Robert Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi, ia hanya memiliki ketertarikan terhadap alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal HMS Beagle, yang berangkat dari Inggris pada tahun 1832, mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun.

Darwin sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup terutama burung. Ia mengira bahwa variasi paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies berdasarkan konsep "adaptasi terhadap lingkungan". Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam. Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme evolusi. Ia mempublikasikan gagasan tersebut dalam sebuah bukunya yang berjudul The Origin of Species, tahun 1859.

Darwin mengatakan bahwa teorinya tidaklah bertentangan dengan agama, karena Tuhan menciptakan mahluk hidup dari proses evolusi, namun bagi mereka yang “berkesadaran Tuhan” beriman, dengan penuh sradha dan bhakti kepada Tuhan, dan mengakui Tuhan sebagai satu-satunya pencipta makhluk hidup, maka teori evolusi tersebut sangat bertentangan dengan uraian tentang penciptaan yang dijelaskan dalam kitab-kitab suci weda maupun kitab suci agama lain.

Personalitas Tertinggi, Tuhan Maha Pencipta telah menciptakan aneka mahluk hidup seperti apa adanya saat ini, sebagai contoh burung merak pada masa peradaban weda lima ribu tahun yang lalu sama dengan burung merak yang ada saat ini, jadi tidak pernah mengalami evolusi, demikian juga mahluk-mahluk yang lain termasuk manusia.

Sangat disayangkan teori evolusi tersebut dimanfaatkan oleh kaum evolusionist, rasisme, Marxisme sebagai propaganda paham atheis, walaupun sebenarnya Darwin telah mengakui teorinya iru masih sangat lemah, karena belum didapatkan bukti-bukti adanya spesies antara. Sampai saat ini teori tersebut masih sangat eksis terutama dikalangan anak-anak pelajar bahwa kita manusia berasal dari kera. Selain itu, teori evolusi menyatakan bahwa keberadaan manusia modern seperti kita baru muncul sekitar 700 000 tahun yang lalu. Bukti ilmiah seperti bukti arkeologis, genetik, biomolekuler dan sebagainya tidak mendukung proses evolusi tersebut. Kemudian timbul pertanyaan mendasar “Kalau bukan dari kera, lantas dari manakah manusia berasal ?”, “Siapakah manusia pertama ?”. Sebenarnya dalam Purana telah menjawab semua pertanyaan tersebut, namun bukti-bukti ilmiah belum banyak ilmuwan yang menerimanya, pembuktiannya secara ilmiah memerlukan waktu.Sebelum menjawab pertanyaan tentang asal-usul manusia, hendaknya memahami dahulu secara lebih filosofis “apa itu manusia”.

Saat ini sebagian besar ilmuwan menganggap bahwa kehidupan termasuk manusia adalah sebuah kombinasi sederhana dari bahan-bahan kimia yang membentuk untaian DNA(deoxyribunucleic acid), kemudian membentuk kromosom, suatu molekul yang dapat mempersiapkan untuk meneruskan informasi genetik setiap mahluk hidup. Sangat beralasan untuk mengatakan bahwa manusia tidak hanya terdiri dari sesuatu yang bersifat material (kimiawi), berdasarkan bukti-bukti ilmiah oleh para ahli biologi, filsuf, psikologi, naturalist dan juga rujukan dari kitab suci (purana), manusia terdiri dari tiga komponen : badan kasar (stula sarira) yang terdiri dari panca maha bhuta yaitu tanah, air, api, udara dan ether, badan halus (sukma sarira) dalam bentuk pikiran, dan kesadaran murni (sang roh, atma).

Dengan memahami hal ini, kita menyadari bahwa alam semesta juga terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai keseimbangan yang berbeda dari tiga komponen tersebut. Tuhan sebagai pemilik kesadaran yang murni yang berada di planet rohani disebut Goloka Vrindavan, merupakan sumber dari sang diri, sang roh yang bersifat individual, karena keterikatan dengan unsur-unsur material, maka sang roh secara gradual akan menurun mendapatkan badan-badan material. Didalam Bhagavad Gita (14.4) Krishna berkata, “ Aku adalah ayah yang memberikan benih kepada semua makhluk hidup.” Demikian juga dalam sloka 7.10, Sri Krishna berkata, “Aku adalah benih asli dari semua makhluk hidup yang ada”. Kata yang digunakan untuk benih adalah bija. Hal itu untuk mengartikan roh (kesadaran diri), yang berasal dari Sri Krishna. Tubuh adalah kendaraan bagi kesadaran diri (sang roh), dan tanpa adanya kesadaran diri, tubuh tidak akan menunjukkan gejala-gejala kehidupan. Semua badan (mahluk hidup) berdasarkan sastra Weda, mempunyai kesadaran, mulai dari mahluk bersel satu, tumbuhan, hewan, manusia sampai para Dewa. Tapi setiap unit kesadaran itu menyerupai satu sama lain, dan kesadaran diri itu sama pada semua badan. Lalu bagaimana kita dapat menjelaskan berbagai badan yang berbeda itu ? Dalam Caitannya Caritamertha (Madyalila 19.152), Bhakthivedanta Swami Prabhuphada menjelaskan; “Segala sesuatu mempunyai asal-usul sebab atau benih (sumber asli)”. Perkembangan benih yang halus ini merancang rencana badan material berikutnya. Dalam Srimad Bhagavatam (3.10.7), Swami Prabhupada menjelaskan bahwa pada awalnya makhluk hidup sudah diturunkan dalam bentuk benih yang disemaikan melalui Personalitas Tertinggi, Tuhan Yang Maha Kuasa, dan Dewa Brahma (sebagai kehidupan ciptaan pertama dari Tuhan) menyebarkan bibit yang telah disemaikan keseluruh alam semesta.” Dari hal ini dapat dimengerti bahwa benih atau bibit persemaian diberikan kepada para Dewa, sebagai keperibadian yang agung kemudian menggunakannya untuk proses reproduksi mereka yang menghasilkan berbagai jenis badan.

Badan dari setiap makhluk hidup diciptakan dalam siklus penciptaan dan peleburan di alam semesta. Satu siklus waktu menurut Weda disebut satu hari Brahma (day of Brahma). Satu hari Brahma sama dengan 4.320.000.000 tahun dan diikuti oleh satu malam Brahma yang sama dengan 4.320.000.000 tahun. Setiap hari Brahma dibagi kedalam 14 periode Manvantara, masing-masing sekitar 300.000.000 tahun. Ada peleburan antara setiap periode manvantara. Selama periode ini, planet alam semesta akan dilebur, sedangkan planet rohani tidak dilebur, bersifat kekal. Kita sekarang berada pada periode manvantara ke 7. Ini berarti telah ada enam kali peleburan, setelah itu bumi kembali diciptakan. Hal ini menarik karena berdasarkan pada palaentologi sejarah modern, sejarah kehidupan bumi telah berlangsung enam periode manavatara, dengan demikian peradaban manusia di zaman weda telah berlangsung miliaran tahun. Akankah hal tersebut terbukti ?.

Bukti-bukti arkeologis, geologis telah terungkap dari penemuan-penemuan tengkorak manusia, fosil-fosil, artefak, dan alat-alat yang digunakan manusia pada masa itu telah terbukti menunjukkan berusia sekitar ratusan juta bahkan miliaran tahun. Bukti-bukti tersebut dibuktikan oleh Michael Cremo, seorang arkeolog senior, peneliti dan penganut weda dari Amerika, dengan melakukan penelitian lebih dari 8 tahun. Dari berbagai belahan dunia termasuk juga dari Indonesia telah dapat mengungkapkan misteri peradaban weda tersebut secara bermakna. Laporan tersebut ditulis dalam beberapa buku yang sudah diterbitkan seperti ; Forbidden Archeology, The Hidden History of Human Race, Human Devolution : A Vedic alternative to Darwin’s Theory, terbitan tahun 2003. Dalam buku tersebut akan banyak ditemukan artefak, fosil-fosil, peninggalan-peninggalan berupa kendi, alas kaki dan sebagainya yang berusia ratusan juta tahun, dibuat oleh manusia yang mempunyai peradaban maju, tidak mungkin dibuat oleh kera atau primata yang lebih rendah.

Dalam Bhagavata Purana telah disebutkan proses penciptaan secara lengkap dimulai dari Personalitas Tertinggi, Tuhan turun dari dunia rohani dalam wujud Mahavisnu, dari Mahavisnu diciptakan planet-planet duniawi berupa miliaran gelembung-gelembung dari tubuh Beliau, kemudian dari badanNya muncul ciptaan pertama yaitu Dewa Brahma. Proses selanjutnya dari Dewa Brahma lahir Rsi-Rsi yang agung dan leluhur manusia; Swayambhu serta beraneka jenis mahluk yang lebih rendah. Itulah secara singkat proses penciptaan alam semesta ini.

Pengetahuan tentang beraneka jenis badan yang telah tercipta secara lengkap dan sempurna tertera dalam Brahma-vaivarta purana yang menyatakan bahwa; sang roh bertaransmigrasi melalui 8 400 000 spesies diseluruh alam semesta, dari jenis kehidupan bersel satu sampai mahluk tertinggi yaitu para Dewa, sebagai penguasa alam semesta tertinggi. Dalam Padma purana menyebutkan “jala-ja nava-laksani sthavara laksa vimsati krmaya rudra-sankhyakah paksinam dasa-laksani pasavas trimsa-laksani manusya catur-laksani artinya "Ada 900.000 spesies kehidupan yang hidup di air; 2.000.000 spesies tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan; 1.100.000 spesies serangga; 1.000.000 spesies burung; 3.000.000 spesies binatang buas; dan 400.000 spesies kehidupan manusia."

Manusia merupakan mahluk di planet bumi yang paling sempurna, karena diberikan kesadaran mengenal diri kita (keinsafan diri), mengenal Tuhan dll. Jadi tidak disebutkan bahwa proses penciptaan melalui proses evolusi, demikian juga dalam kitab suci agama lainnya tentang proses penciptaan. Bukti arkeologis menyebutkan bahwa dujumpainya suatu fosil serangga yang telah terkondensasi dalam suatu bebatuan yang telah berusia jutaan tahun, ternyata jenis serangga tersebut sama persis dengan jenis serangga yang ada saat ini. Ini menunjukkan tidak terjadi proses evolusi ragawi.

Teori evolusi Darwin telah menyimpan banyak kelemahan, bahkan perkembangan ilmu pengetahuan dari bukti-bukti fosil, genetik, dan biomolekuler dan bukti saintifik lainnya telah meruntuhkan teori evolusi Darwin, namun sebagai seorang ilmuwan besar Darwin sendiri menyatakan bahwa teorinya itu masih sangat lemah, namun yang berhasil dari teori tersebut adalah propagandanya. Teori tersebut dimanfaatkan oleh kaum evolusionist, yang tidak mengakui mahluk di alam semesta ini adalah hasil rancangan dan ciptaan dari “The Grand Design” yaitu Personalitas Tertinggi, Tuhan Yang Mahaesa. Sampai saat inpun teori evolusi masih dipertahankan oleh kaum atheis untuk mendukung paham materialisme. Darwin mengatakan dalam bukunya bahwa ras kulit putih Eropa lebih maju dalam evolusi sedangkan ras lainnya masih setingkat dengan kera. Teori evolusi yang menyatakan nenek moyang kita adalah berasal dari kera, telah bertebar di seluruh lapisan masyarakat baik dikota besar maupun dipelosok desa. Anak-anak sekolah didesa pun sudah sangat akrab dengan pernyataan “ manusi berasal dari kera”, kalau dibiarkan hal ini akan sangat meracuni umat manusia dengan lunturnya keyakinan (sradha) terhadap Tuhan sebagai Sang Maha Pencipta. Untuk menghindari pengikisan terhadap sradha dan bhakti umat kepada Sang Pencipta dimasa mendatang maka perlu dipikirkan perubahan kurikulum pelajaran biologi yang menjelaskan teori tentang asal-usul makhluk hidup dan penjelasan tentang evolusi, hendaknya dipahami juga proses penciptaan alam semesta beserta isinya sesuai dengan uraian dari kitab-kitab suci.** Dalam Hinduisme (baca: Vedanta) terdapat lima unsur utama; (1) Tuhan – isvara, (2) Atma—jiva, (3) Waktu—kala, (4) Materi –prakirti, dan (5) Kegiatan –karma. Diantara semua prinsip tersebut empat unsur yang pertama sifatnya kekal sedangkan yang terakhir sifatnya sementara. Perbedaan antara Tuhan dan jiva atau mahluk hidup adalah bahwasa Tuhan tidak terbatas sedangkan mahluk hidup sangat terbatas. Tuhan merupakan roh tertinggi dan mahluk hidup merupakan partikel rohani terkecil—atman atau spiriton. Tuhan ada dalam tiga aspek yang kekal – aspek impersonal, brahman; roh yang utama, paramatma; serta Kepribadian Yang Utama, bhagavan. Kesadaran merupakan sifat dasar Tuhan maupun mahluk hidup. Kesadaran Tuhan meliputi segala sesuatu sedangkan kesadaran mahluk hidup hanya terbatas. Aspek paramatma Tuhan memberikan tuntunan bagi semua mahluk baik yang hidup maupun tidak. Paramatma merupakan sumber inspirasi bagi segala kegiatan manusia serta sumber penemuan ilmiah, kemampuan artistik, karya puisi dll.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kota Majapahit di Trowulan

Bahasa Jawa : Sekilas Asal-Usul Bentuk Kromo-Ngoko

Taliwangke dan Samparwangke