Mana Lebih Tua, China Atau Jawa?

Konon, ada suatu kepercayaan, jika orang (lelaki) Jawa menikah dengan orang
(wanita) China kehidupannya akan sengsara. Kenapa ada "konon" itu? Sebab, masih menurut suatu kepercayaan, orang tersebut akan kena "tulah" (kutuk), karena orang China dianggap lebih tua dari orang Jawa. Maksud sesungguhnya, karena "karat"-nya atau derajatnya di alam dunia. Pertanyaannya, benarkah kepercayaan tersebut? Ada sebuah dongengan menarik , sebagai berikut: Jaman dahulu kala (kuno), Tuhan memanggil orang Jawa dan orang China untuk menghadap-Nya. Ketika keduanya sudah sampai, Tuhan memberi dua pilihan kepada keduanya dan memerintahkan untuk memilih. Dua pilihan tersebut adalah negara dan pasar. Tuhan memerintahkan keduanya untuk merembug, siapa yang akan memilih terlebih dahulu, ternyata, hasil kesepakatan, orang Jawa akan memilih duluan. Dengan senang hati, bangga, dan mantap, orang Jawa lantas memilih negara. Si orang China, karena tinggal satu pilihan, maka ia memilih pasar. Demikianlah dongengan itu, tentang kebenarannya.....??? Kini, apakah sebab dongengan itu atau bukan, dapat kita lihat kebanyakan orang Jawa lebih senang menjadi pegawai negeri, dan orang China menguasai pasar (berdagang). Kenapa orang Jawa lebih memilih pegawai negeri? Karena, masih menurut kepercayaan, bahwa derajat satriya itu dianggap lebih tinggi dari waysa (pedagang). Lantas, ada sejarah. Ketika jaman Raja Kertanegara di kerajaan Singasari, Kaisar Khu Bilai Khan (China) mengirim utusan ke Jawa yang isinya agar supaya Jawa (Singasari) tunduk kepada China. Kertanegara marah dan mengiris telinga utusan China (Tartar) tersebut dan digantungi surat yang isinya pesan bahwa Singasari tidak sudi tunduk kepada China. Dua tahun kemudian, tatkala Raden Wijaya mulai "babat" bumi Majapahit, prajurit Tartar menyerbu Kediri yang dikira Singasari. Dengan keberanian dan kecerdikannya Raden Wijaya dapat mengusir tentara Tartar. Tentara Tartar dibuat kocar-kacir, tunggang langgang kembali ke kapal masing-masing. Namun, ada sebagian yang tertinggal, yang lantas mengembara di daerah Jawa Timur, jadi pelarian, hidup sengsara. Kemudian akhirnya dapat diterima dengan baik dan hidup berbaur dengan masyarakat Jawa, semenjak itu terjadilah hubungan kekeluargaan (perkawinan) antara orang Jawa dan China (bekas prajurit Tartar). Beberapa tahun kemudian, setelah jaman Khu Bilai Khan berlalu, banyak orang China yang datang ke tanah Jawa, antara lain untuk mencari saudaranya yang tertinggal di Jawa dahulu. Sejak saat itulah, banyak orang China yang datang ke Jawa dan juga daerah lain di Nusantara, turun-temurun, dan membangun daerah sendiri, yang sekarang lebih dikenal dengan Pacinan. Lantas, kenapa ada kepercayaan, jika lelaki Jawa kawin dengan wanita China hidupnya akan sengsara? Karena orang tua si wanita China tersebut tampaknya tidak akan rela, dan para lelaki China yang lain akan menutup diri, tidak mau bergaul dengan lelaki Jawa yang berani mengawini wanita China tersebut. Lagi pula, karena ada dongengan (ila-ila) kalau orang Jawa lebih pilih negara dan orang China pilih pasar, lelaki Jawa bisanya hanya menjadi pegawai negeri, sehingga hidupnya pas-pasan. Lain halnya jika lelaki China kawin dengan wanita Jawa, hidupnya akan senang, karena lelaki China tetap bisa bergaul dengan teman-temannya, orang tuanya dan tetap bisa berdagang. Bahkan banyak wanita Jawa yang bersedia menjadi "selir", karena butuh hidup enak.

Kembali pada pertanyaan, mana lebih tua, China atau Jawa?

Menurut ahli arkheologi, manusia Peking (Pekingensis), umurnya hanya sekitar 600.000 tahun, sementara Paleo Javanicus yang ditemukan di Sangiran lebih tua dari manusia Peking, apa lagi tatkala para ahli menemukan fosil terbaru, yang diperkirakan umurnya mencapai 1.500.000 -2.000.000 tahun. Kalau penemuan ini dihubungkan dengan penelitian bangsa manca yang menyebutkan bahwa bangsa Lumeria sudah berumur 2.000.000 tahun, yang membentuk tataran global membentang dar Madagaskar hingga California (AS), yang pusatnya di tanah Jawa, jelas bahwa Jawa lebih tua. Penemuan Prof. Santos, jika benua Atlantis, letaknya di Nusantara (Sumatra, Jawa, bali), walau masih diperdebatkan, umurnya sekitar 11.600.000 tahun. Jawa sudah disebut-sebut oleh bangsa asing, seperti Plato yang juga menulis tentang Atlantis, yang mengatakan telah memiliki budaya yang luhur. Dari penemuan dan data tersebut, kepercayaan yang mengatakan bahwa China lebih tua dari jawa, adalah tidak benar. Sementara kepercayaan jika lelaki Jawa kawin dengan wanita China hidupnya akan sengsara, tidak ada hubungannya dengan "tulah" atau apakah China lebih tua dari Jawa atau sebaliknya. Tapi lebih kurang karena perbedaan pandangan dan falsafah hidup. Orang Jawa menganggap derajatnya sebagi satriya, sementara Cina sudah dianggap sebagai waysa. Lelaki Jawa lebih berpegang pada derajat kesatriayaannya, tidak atau kurang berkenan menjadi waysa, tidak atau kurang mau berdagang, karena berdagang dianggap pekerjaan "asor" atau rendahan. Jadi jelasnya, bab tua mana Cina dan Jawa, jawabannya jelas Jawa lebih tua. Sementara bab jodoh tidak ada hubungannya dengan lebih tua atau lebih muda. Semoga menjadi periksa!

Sumber: Majalah Panyebar Semangat, Prof.Dr. Soetomo, WE. (Ketua YSBJ Kanthil)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kota Majapahit di Trowulan

Bahasa Jawa : Sekilas Asal-Usul Bentuk Kromo-Ngoko

Taliwangke dan Samparwangke