From sukeng hebat 2


a pakah yang membuat seseorang dinyatakan pantas hidup ?? pantas bersosialisasi ??
kekayaannnya ?? pangkat ??
atau apa ??
pertanyaan yang beberapa malam ini menharubirukan hati dan pikiran.ku
banyak obrolan yang terjadi .
entah hanya berbagi cerita ataupun mengemukakan opini tentang hal tersebut .
tak kunjung menyurutkan rasa gelisah akan ditemukan jawaban yang cukup " memuaskan " .
bahkan menumbuhkan semakin banyak tanya di otakku .
apakah ini masalah " keirian " ??
mungkin YA - menurutku -
pikirku ini memang masalah " iri " , " dengki " , " cemburu " , atau semacamnya yang diungkapkan dengan kata lain .
kenapa ??
karena pada dasarnya , seorang manusia - biasa - , mengkritisi atau bahkan menjelek - jelekkan orang lain ,
memang karena hal - hal tersebut .
tapi ketika permasalahan tersebut hingga menyerembet ke " hak personal " , mungkin memang sudah tidak bisa di diamkan .
yeahhh ~
MAKHLUK BERTUHAN ?? atau TIDAK BERTUHAN ??
bukan kah itu sudah menjadi HALK PERSONAL setiap orang ??
bahkan itu adalah HAK yang sudah dibawa sejak lahir dan tidak bisa di ganggu gugat ??
bahkan NEGARA pun melindunginya di UUD 1945 ( amandemen ) PASAL 28 A - J ??
IRONIS !!!
ketika " keirian " berimbas pada " isu " yang tidak menyenangkan bahkan sangat tidak menyenangkan .
apakah orang ( yang di anggap ) tidak bertuhan , slalu mempengaruhi orang disekitarnya ???
apakah orang tersebut akan mendoktrin ??
apakah orang - orang itu akan menggemparkan dunia ??
apakah orang tersebut tak pantas hidup ??
kenapa ??
bukankah masih banyak orang ( yang lebih ) busuk daripada orang ( yang dianggap ) tidak bertuhan tersebut ??
( semisal ) yang menyembah setan ??
kenapa orang - orang ( yang menkritisi ) itu ( tidak ) mempergunjingkan orang - orang yang ( bahkan ) tidak bertuhan ??
satu lagi pertanyaannya .
apakan orang yang ( merasa ) BERTUHAN , memang sudah berkelakuan seperti layaknya orang BERTUHAN ???
apakah mereka sudah lebih baik dari orang yang mereka anggap TIDAK BERTUHAN ???

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kota Majapahit di Trowulan

Bahasa Jawa : Sekilas Asal-Usul Bentuk Kromo-Ngoko

Taliwangke dan Samparwangke