Gunung Indralika

1. Gunung Indralika:



Kyai Semar bersama anak-anaknya yaitu Gareng, Petruk dan Bagong. Yang
dibicarakan punakawan atas sikap dan tabahnya serta keteguhan jiwa
Begawan Ciptoning yang tak lain dan tak bukan adalah si Arjuna, dalam
melaksanakan wangsit dari Hyang Agung agar bertapa di Goa
Pamintaraga.Tak lama kemudian datanglah Begawan Anoman yang diiringi
oleh Gatutkaca. Suasana menjadi riang gembira atas kedatangan Anoman.
Setelah bertemu dalam keadaan selamat maka kedatangan Anoman memang
disuruh oleh Pandawa untuk mencari Arjuna, maka Semarpun mengatakan
bahwa Raden Arjuna sedang bertapa di Goa Pamintaraga dengan alih nama
“Begawan Ciptoning”.



Anoman dan Gatotkaca merasa gembira dengan keterangan Kyai Semar, maka
Anoman secepatnya memberitahu kepada Pandawa, namun sebelum berangkat
ditempat itu situasinya berubah menjadi gaduh, karena datangnya patih
Mamanggono beserta wadyabala raksasa. Patih dari negara Himahimantaka
dan punggawanya mencari saudaranya tua yang bernama patih Mamangmurko
yang kesiku oleh dewa berupa babi hutan yang akhirnya pergi dari
Jamurdipa, memasuki kawasan gunung Indrakila. Karena silang pendapat
dengan Anoman maka terjadilah perang. Perang antara patih Mamanggono
belum selesai, ada sambungan cerita, yakni yang ada di Kayangan
Suralaya.



2. Kayangan



Lukisan Arjuna Wiwaha - BaliBatara
Indra dihadap 7 bidadari dan memerintahkan para bidadari membuyarkan
tapa arjuna karena para Dewa telah kewalahan menghadapi Niwatakaca.



Usaha 7 bidadari gagal total, justru malah para bidadari yang jatuh cinta pada arjuna, bukannya arjuna yang badhar tapanya



3. Kayangan Suralaya:



Bathara Guru sedang miyos siniwoko, dihadapi Bathara Narada dan
putra-putra dewa. Yang dibicarakan Bathara Guru minta laporan atas
kehendak Raja Himahimantaka yakni prabu Niwotokawoco, yang ingin
mempersunting Bathari Supraba. Bathara Indra melaporkan bahwa Prabu
Niwotokawoco mengutus patihnya yang bernama Patih Mamangmurko dan Patih
Mamanggono. (Laporan Bathara Indra tadi digelar tersendiri yang
kejadiannya sebagai berikut):



Betara Indra beserta dewa lainnya telah bertemu dengan patih mamangmurko
dan punggawanya di lereng Gunung Jamurdipa, karena permintaan memboyong
Bathari Supraba di tolak oleh Bathara Indra maka terjadilah perang,
yang akhirnya Patih Mamangmurko dikutuk oleh dewa menjadi babi hutan
Bathara Narada menyarankan walaupun hari ini utusan prabu Niwotokawoco
sudah pergi dari gunung Jamurdipa, manun perlu mencari jago guna
mengimbangi sekaligus menumpas Prabu Niwotokawoco. Kehendak Bathari Guru
untuk mencari jago dilakukan sendiri dan yang dituju yaitu gunung
Indrakila, karena Bathari Guru tahu di gua Pamintaraga ada pendeta yang
sedang bertapa. Maka Bathara Guru berganti diri menjadi ksatriya dengan
nama “Raden Kerotorupo”.



4. Gunung Indrakila:



Gareng, Petruk dan Bagong tidak berani mengganggu Semar yang sedang
semedi membantu begawan Ciptoning yang juga terus bertapa. Namun juga
tidak berani mendekat kepada Anoman dan gatotkaca yang sedang perang
dengan Mamanggono dan wadyabala raksasa. Untuk menghibur diri Gareng,
Petruk dan Bagong dengan cara tetembangan. Belum puas untuk mengalunkan
tembang-tembangnya ditempat punakawan tersebut terpaksa menjadi ajang
perang yang terus bergeser ke gua Pamintaraga. Perang terus berlanjut
antara Anoman melawan Patih Mamanggono dan antara Gatotkaca melawan
wadyabala raksasa.



5. Gua Pamintaraga:



Begawan Ciptaning beberapa bulan lamanya bertapa, namun terpaksa badhar
dari semedinya, dikarnakan ada babi hutan yang mengamuk dan semakin
mendekati tempat begawan Ciptaning bertapa. Begawan Ciptaning segera
mengambil anak panah dan kemudian dilepaskannya tepat mengenai leher
babi hutan, bersamaan dengan lepasnya anak panah milik raden Keratarupa
yang juga menancap pada leher si babi hutan tersebut, yang tak lain babi
hutan tersebut adalah jelmaan dari patih Mamangmurko. Begawan Ciptaning
dan Raden Keratarupa berebut kebenaran atas anak panah yang mengenai
babi hutan, maka akhirnya terjadi perang. Ciptaning badhar Arjuna, Raden
Keratarupa badhar Betara guru sekaligus mengangkat Arjuna sebagai jago
dewa, serta Betara Guru memberi pusaka kyai Pasopati, kemudian Arjuna
diboyong ke kayangan. Kembali lagi melanjutkan Anoman yang sengaja
menghabiskan tenaga patih Mamanggono, yang akhirnya tewas di tangan
Anoman. Gatutkaca tidak gentar menghadapi bala raksasa dari
Himahimantaka, maka satu demi satu bala raksasa tersebut akhirnya tewas.
Tewasnya patih dan bala raksasa, kemudian datanglah kyai Semar
mengatakan bahwa Raden Arjuna menjadi jagonya dewa untuk menumpas Prabu
Niwotokawoca raja Himahimantaka. Anoman dan Gatutkaca segera pamit
kepada para panakawan untuk segera memberitahu kepada para Pandawa.
Setelah itu para panakawan bergegas untuk menyusul Arjuna ke Kayangan
Suralaya.



6. Kayangan Suralaya



Bathara Guru dihadap oleh para Dewa, dan Raden Arjuna yang akan diwisuda
untuk menjadi jago Dewa. Setelah persiapan selesai, Arjuna diwisuda
menjadi jago Dewa untuk menumpas murkanya Prabu Niwotokawoco yang
menentang kodrat, yakni ingin mempersunting Bathari Supraba. kemudian
Arjuna berangkat ke Himohimantoko didampingi Bathari Supraba.



7. Kerajaan Himohimantoko



Prabu Niwotokawoco menerima kedatangan Togog dan Bilung yang melaporkan
tewasnya Patih Mamangmurko dan Patih Mamanggono. sang Prabu sangat marah
mendengar berita tersebut, namun belum sampai jumangkah, Abdi Emban
menghadap, untuk menghaturkan bahwa Bathari Supraba berada di Kedaton.
Bathari Supraba beberapa lama menanti kondur sang Prabu Niwotokawoco.
Setelah yang dinanti-nantikan datang, kemudian Bathari Supraba
mengatakan bahwa kedatangannya memang siap untuk dipersunting sang
raja.Prabu Niwotokawoco sangat gembira mendengar keterangan dari Bathari
Supraba sehingga secara tidak sadar, sang raja memberitahu segala hal
yang ingin diketahui oleh Dewi Supraba. Sang raja juga memberi tahu
letak kesaktiannya, termasuk Aji Gineng, sampai letak pengapesannya juga
diberitahukan kepada Bathari Supraba. pada waktu itu juga, keterangan
sang raja didengar oleh Arjuna yang juga berada di kedaton tersebut
dengan menggunakan Aji Panglemunan, yang akhirnya terjadilah perang
antara Arjuna melawan Prabu Niwatakawaca.



8. Kerajaan Himahimantaka:



Arjuna tidak berdaya melawan kekuatan Prabu Niwatakawaca. Namun pada
waktu Arjuna telah dijangkahkan oleh Prabu Niwatakawaca yang sedang
tertawa terbahak-bahak, Arjuna melihat sinar yang berada di telak sang
raja, yang merupakan sinar dari Aji Gineng. Kemudian dengan gerak yang
sangat cepat, Arjuna melepaskan Pasopati tepat mengenai telak Prabu
Niwatakawaca, yang membuat sang raja tewas. Para Punggawa yang tidak
menerima kematian raja mereka bisa ditumpas oleh Raden Bima yang juga
sudah berada di Himahimantaka.



Bathara Indra menjemput sang Arjuna untuk menghadapi Sang Hyang Giripati
untuk diwisuda menjadi “Lananging Jagat Lancuring Madyapada”.



9. Kayangan Suralaya.



Batara Indra dihadap para dewa, bidadari dan arjuna. Disini Arjuna
diwisudha menjari raja kaendran selama 7 hari (dunia)<< 7 bulan di kayangan dan boleh memilih 40 bidadari sebagai istrinya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kota Majapahit di Trowulan

Bahasa Jawa : Sekilas Asal-Usul Bentuk Kromo-Ngoko

Taliwangke dan Samparwangke